Rabu, 05 Oktober 2011

Serpihan Mozaik Di kampus Ungu Sang Jenderal



Pertama kali menginjakan kaki di bumi satria Purwokerto, tak ada kesan yang berbeda, hambar hambar saja, bahkan lebih persis seperti berganti bahasa saja dari sunda ke jawa. Memang, antara kota Satria dan Kota tempat dilahirkan, lukisan alamnya tidak jauh berbeda, sama –sama berada di lembah pegunungan , Gunung Slamet dan Gunung Ciremai. Di samping itu, mungkin karena masih ada rasa kecewa karena tidak bisa masuk perguruan tinggi yang dulu di cita-citakan semenjak SMA.
Singkatnya, terdamparlah saya di kampus ungu Sang Jenderal, kampus sederhana dan tak ada sedikitpun kesan istimewa waktu itu.
Sampai suatu hari saya bertemu dengan sosok sosok yang luar biasa di sana, yang memberi arah penerimaan setiap ketetapan. Semakin hari semakin legowo lah hati, semakin hari semakin terarahkan saja, dan inilah  pesan  semangat dari orang-orang yang saya temui di sana.
Selalu ada kehebatan di tengah keterbatasan, saya memaknai seperti itu petikan hikmah yang mereka goreskan. 
Berkumpul dalam keluarga indah dalam naungan cinta termegah karenaNYa, menyeru pada yang baik dengan kondisi diri yang fluktuatif. Di kampus Ungu Sang Jenderal ini ternyata ada segelintir orang seperti mereka yang menyerukan kalimat kalimat langit. Duhai Allah,  semestinya bersyukur  hamba atas perjumpaan dengan mereka
Keluarga indah dalam dekapan ukhuwah, inilah jalan Mu menaungkan  hamba bersama mereka di unit kerohanian Islam kampus Ungu Sang Jenderal bersama mereka. Semangat baru, visi dan misi baru dalam hidup terus terukir semakin tajam, semakain bergairah hidup ini
Pernah diam ketika bersua, marah ketika bertingkah, menangis ketika masalah mengiris, namun tak sedikit tertawa, tersenyum, dan saling menguatkan,saling menasehati
 be continued….

1 komentar: