Rabu, 05 Oktober 2011

Renungan bersama Sahabat

Saudaraku
Malam ini marilah semua sejenak kita merenung
Menundukan hati-hati kita

Saudaraku
Marilah....sejenak saja, kita melunakkan kerasnya hati karena kesombongan
meletakkan kesombongan kesombongan kita.
Mencoba melihat kembali memori yang telah lalu

Saudaraku
Sesaat ini, jika ingin menarik nafas panjang kemudian pelan melepasnya
Maka lakukanlah
Jika sesaat ini, ingin menangis membuang penat, lelah, dan keluh kesah, menangislah..... buanglah setiap kesombongan hati yang mengahalangi kita untuk menangis merenung...

Saudaraku
Kita semua tahu bagaimana Harmoni cantik semesta ini dalam perpaduan mantap bumi mengelilingi matahar, bulan mengelilingi bumi semuanya adalah ketetapan pencipta  kita

Begitupun
Mungkin ketika kita pernah melihat indahnya matahari terbit, indahnya embun pagi yang menetes pada setangkai daun,  indahnya bunga-bunga bermekaran, bahkan indahnya daun berguguran

Maka pertemuan kita di sini, saat ini bukanlah suatu kebetulan, bukanlah sesuatu yang tidak dituliskan melainkan pertemuan ini sudah melalui ketetapan Pencipta kita

Bertemu dengan orang orang baru, bertemu dengan lingkungan yang baru bertemu dalam nuansa yang baru, maka manfaat atau tidaknya ketetapan pertemuan ini ada pada hati hati kita,
Ya pada hati hati yang memaknai pertemuan kita dengan teman baru kita, dengan orang yang baru kita jumpai

Sahabat,
tak terasa walau sejengkal, tak terasa walau selangkah, kau hadir dalam hidupku, menghias hari hariku. Bersamamu ku lalui canda, tawa, bahagia, sedih dan duka.

Sahabat,
bertemu denganmu memberi arti baru dalam hidupku. Tak lagi ku temukan sepi, tak lagi ku temukan sendiri. Kau tempatku berbagi. Melewati segala cobaan demi cobaan, tak peduli kau baru dekat denganku, atau mungkin telah lama ada di sampingku.

Sahabat-sahabatku,
Ku buka memori masa lalu, teringat ketika kita saling bercengkrama, berkumpul.
Ternyata,,,, aku sering menyakitimu, tak ayal ku sering membuatmu menangis, sering keluar ucap serapah dari mulut buasku, bahkan itu sering keluar dalam hati sempitku. Atau bahkan egoku pernah mencampakan kebaikan kebaikanmu. Membentangkan jarak emosi, hingga aku acuhkanmu.

Sahabatku,
Maafkan salahku, sungguh aku sepi, sendiri tanpa hadirmu.

Saudaraku
Seperti hembusan angin, tak terasa kita berada di tangga tangga calon sarjana, ya menjadi seorang mahasiswa..
Lalu siapakah sebenarnya yang sering menemani kita dalam setiap detik ketetapan kehidupan kita, yang senantiasa merwat dan membesarkan kita di setiap fase fase usia kita?
Ibu, Ibu, Ibu dan Ayah
Ya saudaraku Ibu, Ibu, ibu dan Ayah kita…….


Prolog renungan Ospek 090911

Tidak ada komentar:

Posting Komentar